Monday, September 29, 2008

Atoy Hasil Penelitian Tanaman Kubis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tanaman kubis (Brassica oleraceae) termasuk salah satu jenis tanaman sayur-sayuran dan yang berasal dari daerah subtropis yang mempunyai arti ekonomi penting, yang meliputi species yang menghasilkan sayuran daun, kuncup, bunga , batang, ubi dan minyak dari bijinya.
Selain itu juga untuk makanan ternak, selain enak dan lezat untuk sayur-mayur, ternyata kubis juga mempunyai kegunaan sebagai tanaman obat-obatan, yaitu berkasiat untuk menyembuhkan penyakit hyperaciditas.
Sayuran ini mengandung nilai gizi yang cukup tinggi nilainya sehingga dengan demikian, sayuran ini sesuai dikomsumsi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Kandungan zat-zat gizi yang terdapat dalam tanaman kubis antaralain karbohidrat, protein, lemak, mineral serta mengandung berbagai jenis vitamin diantaranya vitamin A, B1, B2, dan vitamin C, sehingga sayuran ini banyak di konsumsi oleh masyarakat, (Chayono, 2001).
Menurut asal-usulnya tanaman kubis yang dibudidayakan sampai saat ini berawal dari kubis liar yang tumbuh disepanjang pantai laut tengah, Inggris, Denmark dan sebelah utara Prancis barat, serta pantai Glamorgan. Tanaman kubis yang ada sekarang ini merupakan hasil seleksi dari kubis liar yang tumbuh sejak 2000 tahun yang lalu. Dan pada abab IX kubis sudah tersebar keseluruh dunia pertanian, meskipun kubis telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia, hingga perkembanganya sampai kenegara Timor Leste. Karena jenis sayuran ini pada umumnya berasal dari daerah yang bersub tropis sehingga untuk pertumbuhan dan produksi yang obtial diperlukan iklim yang sangat spesifik dan cara tanam yang agak sulit bila dibangdingkan dengan sayuran lainya, (Rukmana, 1994).
Pengaturan jarak tanam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kubis terutama pada masa pembentukan krop, yaitu sangat bervariasi antara bulat telur, gepeng,dan berbentuk kerucut. Dengan demikian jarak tanam ditunjukan untuk memanfaatkan cahaya secara efektif dan penyebaran unsur hara secara merata (Rukmana, 1994).
Aspek pengendalian gulma pada tanaman kubis dianggap paket yang tidak terpisakan dalam budidaya tanaman kubis secara keseluruhan. Gulma atau tumbuhan pengganggu sering menjadi masalah pada pertanaman kubis karena merupakan pesain dalam penggunaan air, cahaya dan unsur hara bagi tanaman pokok. Gulma juga dapat berperan sebagai penyangga atau inang bagi hama atau penyakit bahkan dapat mengeluarkan toksin yang dapat berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kubis (Balai Penelitian Hortikultura Lembang, 1993).

Rendahnya produksi tanaman kubis di Timor Leste disebabkan karena usaha tanaman ini kurang intensif dan masih bersifat tradisonal yaitu tampa penggunaan jarak tanam serta frekuensi penyiangan yang kurang tepat. Oleh karena itu untuk meningkatkan produksi tanaman kubis perlu dilakukan budidaya yang intensif terhadap jarak tanam dan penyingan gulma sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman kubis.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh jarak tanam dan frekuensi penyiangan gulma terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kubis
2. Untuk menentukan jarak tanam dan frekuensi penyiangan yang tepat.

1.3 Manfaat
Dapat memberikan kontribusi dan informasi yang baik mengenai penggunaan jarak tanam dan penyiangan gulma pada tanaman kubis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani, Morfologi dan Syarat tumbuh
2.1.1 Botani
Tanaman kubis dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:
Kindom : Planeta
Devisio : Spermatophyta
Subdivisio :Angyospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Papavorales
Family :Cruciferae (Brassicaceae)
Genus :Brassica
Species : Brassica oleraceae

2.1.2 Morfology
Umumnya tanaman kubis merupakan tanaman semusim (anual) yang berbentuk perdu. Dengan susunan organ tubuh utama batang daun, bunga, buah, biji dan akar, sistem perakaran tanaman ini relatif dalam yang dapat menembus permukaan tanah yang kedalamannya antara 20-30 cm, ( rukmana, 1994).
Pada umumnya tanaman kubis memiliki batang yang pendek dan banyak mengandung air (herbaceuos). Batang tersebut berwarna hijau, tebal dan lunak dan cukup kuat. Tanaman ini memiliki batang yang bercabang yang tidak begitu tampak, yang ditutupi daun-daun yang disekelilingi batang hingga titik tumbuh, dan terdapat helaian daun yang bertangkai pendek (Rukmana, 1994).
Daun tanaman kubis berbentuk bulat telur, sampai lonjong lebar-lebar dan berwarna hijau. Daun bagian luar ditutupi lapisan lilin dan tidak berbulu. Daun bagian bawah tumbuhnya tidak membengkok, dapat mencapai panjang sekitar 30 cm, daun-daun muda berikutnya mulai membengkok menutupi daun mudah yang ada diatasnya. Pada fase pertumbuhan daun ini akan terbentuk krop (Pracaya, 20001). Kadang karena besarnya tekanan tekanan daun-daun mudah yang terbentuk dibagian dalam tampa di imbangi mengembangnya daun tersebut mengakibatkan kepala krop pecah. Keadaan inibisa terjadi ketika tanaman akan berbunga. Bunga dari tanaman ini merupakan kumpulan masa bunga yang berjumblah 500 kuntum, bunga kubis merupakan bunga sempurna yang memiliki putik dan benang sari (Balai Penelitian Hortikultur Lembang, 1993).

2.1.3 Syarat Tumbuh
Tanaman kubis yang biasa disebut kol menghendaki persyaratan lingkungan yang sesuai agar dapat tumbuh. Tetapi pada dasarnya tanaman kubis dapat tumbuh dan beradaptasi pada daerah beriklim panas atau sedang sesuai dengan varietasnya, terutama kesesuaian tanah (lahan) tempat tumbuh dan iklim yang menunjang kesamaan dan salinitas tanah juga sangat menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman kubis, (Pracaya, 2001). Secara umum kubis dapat tumbuh pada semua jenis taanah. Namun demikian, pertumbuhan akan ideal bila ditanam pada tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik.
Dalam siklus hidup kubis memerlukan air yang cukup, tetapi tidak berlebihan. Tanah yang baik untuk tanaman kubis adalah tanah yang gembur, banyak mengandung humus dengan ph berkisar antara6-7. Jenis tanah yang baik unutk tanaman kubis yaitu lempung berpasir, (Rukmana, 1994).
Keadaan iklim yang cocok untuk tanaman kubis adalah daerah yang relatif lembab dan dingin. Kelembapan yang diperlukan tanaman kubis adalah 15ºC-20°C serta mendapatkan sinar matahari yang cukup, (Rukmana, 1994). Penelitian di Jepang menyimpulkan bahwa temperatur obtimun untuk tanaman kubis adalah 15°c-20ºc. Namun di Indonesia perbedaan masing-masing faktor iklim, temperatur, panjang hari,radiasi kelembaban dan curah hujang nyata terlihat pada lingkungan dataran rendah dan dataran tinggi (Balai Penelitian Hortikultur Lembang, 1993). Perbedaan karateristik unsur iklim menyebabkan beberapa varietas kubis tumbuh baik didataran tinggi dan beberapa varietas lainnya tumbuh didataran rendah yaitu 0-200m dari permukaan laut (dpl).

2.2 Jarak Tanam
Aspek penggunaan jarak tanam tersebut memberikan implikasi terhadap hasil persatuan luas, tetapi juga terhadap rata-rata ukuran kubis yang dihasilkan yang menentukan nilai tambahan komoditas.
Jarak tanam diusahakan teratur agar tanaman memperoleh ruang tumbuh yang seragam, dan dalam pemeliharaan lebih mudah serta mempermudah dalam melakukan penyiangan jarak tanam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan pembentukan kro, pengaturan jarak tanam disesuaikan dengan farietas yang ditanam. jarak tanam yang terlalu rapat meningkatkan kelembapan disekitar tanaman, keadaan ini dapat memacuh pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu, selain itu juga berpengaruh pula terhadap penerimaan sinar matahari pada setiap tanaman sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman kubis. (Suprapto, 1990).
Pengaturan jarak tanam sangat berpengaruh pula terhadap pengambilan unsur hara yaitu terjadinya persaingan antara tanaman, selaian itu juga berpengaruh terhadap penggunaan unsur iklim dan efisiensi penggunaan tanah serta barpengaruh pula terhadap pembentukan krop pada tanaman kubis.
Jarak tanam yang tidak teratur dapat menyebabkan tidak produktifnya tanaman,juga berpengaruh terhadap penerimaan unsur hara dan cahaya. Sedangkan pengaturan jarak tanam yang teratur dan baik akan memberikan kelongaran bagi tanaman untuk menerima unsur hara dan sinar matahari secara merata. (Cahyono, 2001).
Jarak tanam yang dapat digunakan untuk tanaman kubis antaralain: jarak tanam 60x40 cm, menghasilkan 10 ton/ha, jarak tanam 60x60 cm, menghasilkan 30 ton/ha dan 60x50 cm, menghasilkan 20 ton/ha.

2.3 Frekuensi Penyiangan Gulma
Aspek gulma pada tanaman merupakan paket yang tidak terpisakan, begitu dalam budidaya pada tanaman kubis secara keseluruhan. Gulma atau tumbuhan pengganggu sering menjadi masalah pada pertanaman kubis, karena merupakan pesaing dalam pengunaan air, cahaya, dan unsur hara bagi tanaman pokok. Gulma dapat pula berperan sebagai penyangga atau inang bagi hama dan penyakit bahkan dapat mengeluarkan toksin yang dapat berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman pokok. (Everaarts, 1981). Usaha pengendalian gulma yang efektif pada tanaman kubis telah lama diketahui yaitu dengan sistem penyiangan dengan tangan. Penyiangan dilakukan untuk membersikan bedengan atau tempat persemaian,dari rumput atau tanaman liar lainya yang dapat mengganggu pertumbuhan dan hasil tanaman kubis, dengan demikian tanaman dapat tumbuh tampa adanya persaingan dari tanaman pengganggu tersebut. Selama masa penanaman dilakukan dua kali penyiangan bersama dengan kegiatan pengemburan tanah.
Persaigan antara gulma dantanaman adalah persaigan inter spesefik karena terjadi antara spesies tumbuhan yang berbeda,sedangkan persaigan yang terjadi antara species tumbuhan yang sama merupakan persaigan intra spesefik. (Sukman,2002).Persaigan diartikan sebagai perjuangan dua organisme atau lebih untuk memperebutkan objek yang sama. Baik gulma maupun tanaman mempunyai keperluan dasar yang sama untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Persaigan terjadi bila unsur penunjang pertumbuhan tersebut tidak tersedia dalam jumblah yang cukup bagi keduanya.
Kemampuan tanaman bersain dengan gulam ditentukan oleh spesies gulma, kepadatan gulma, saat dan lama persainga, cara budidaya varietas yang ditanam, serta tingkat kesuburan tanah. Perbedaan spesies akan menentukan kemampuan bersaiang karena perbedaan fotosintesis, kondisi-kondisi perakaran dan keadaan morfologinya. Gulma yang muncul atau berkecambah lebih dulu atau bersamaan dengan tanaman yang dikelolah, berakibat besar terhadap pertumbuhan dan hasil panen tanaman kubis. (Rukmana, 1994).

2.4 Landasan Teori
Budidaya tanaman kubis di Timor Leste kurang menghasilkan hasil yang obtimal karena penyerapan teknik budidya seperti pengaturan jarak tanam dan penyiagan yang kurang intesif sehingga hasil secara kwalitas maupun kuantitas masih rendah. Untuk memperoleh hasil yang obtimal pengaturan jarak tanam diperlukan untuk menghindari persaingan untuk memperoleh unsur hara, air, cahaya, bahan ruang tumbuh dan CO2 untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Jarak tanam pada tanaman kubis 60x40cm 10 ton/ha, jarak tanam 60x60cm, menghasilkan 30/ha dan jarak tanam 60x50 cm, menghasilkan 20 ton/ha.
Dalam pertumbuhan tanaman kubis sanggat membutukan unsur hara sebagai makanannya. Kebutuhan unsur hara dimulai sejak awal penanaman sampai pada pertumbuhan tanaman. Pemberian jarak tanam memberikan implikasi terhadap bobot hasil persatuan luas serta memberikan kelongaran bagi tanaman dalam memanfaatkan unsur hara, cahaya dan air. Dengan demikian akan meningkatkan pertumbuhan hasil tanaman. Sedangkan penyiangan berguna untuk mengurangi terjadinya persaingan antar gulma dan tanaman dan memanfaatkan hara. Karena itu nbila gulma tidak dikendalikan, sebagian dari hasil bahan organik pada lahan itu berupa gulma. Hal ini berarti pemupukan akan menaikan daya dukung lahan, tapi tidak mengurangi komposisi hasil tumbuh atau ganguan gulma tetap ada dan merugikan walaupun tanah dipupuk.

2.5 Hipotesis
1. Penggunaan jarak tanam 60x40 cm dan tampa penyiangan akan memberikan hasil yang rendah.
2. Pengggunaan jarak tanam 60x60 cm dan penyiangan 1x akan memberikan hasil yang optimun.
3. Penggunaan jarak tanam 60x50 cm dan penyiangan gulma 2x akan memberikan hasil yang optimal.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian inin akan dilaksanakan pada bulan februari sampai bulan april 2008. Dan akan dilaksanakan dilahan fakultas Pertanian Hera,Desa Acanuno,Subdistrit Kristu Rei,Distrit Dili,dengan ketingian tempat ± 20 m dari permukaan laut (dpl).

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
Bahan yang akan digunakan dalam metodelogi penelitian ini adalah bibit tanaman kubis.

3.2. 2 Alat
Jenis alat-alat yang akan digunakan dalam metodologi penelitian ini eperti cangkul, parang, skop, linggis, gembor, rol meter dan lainya.

3. 3 Rancangan Percobaan
Rancangan yang dipakai untuk metodelogi penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) faktorian 3x3 yang terdiri dari 2 faktor yaitu: faktor pertama jarak tanam (J) terdiri dari tiga aras yaitu jarak tanam 60x40 cm (J1) ,jarak tanam 60x60 cm (J2),Jark tanam 60x50 cm (J3). Faktor ke dua adalah frekuensi Penyiagan gulma (F),terdiri dari tiga aras yaitu tampa penyiagan gulma (P0),penyiangan gulma satu kali (P1),penyiangan gulma dua kali (P2).
Dengan kombinasi perlakuan sebagai berikut:

P J
P0
P1
P2
J1
J1P0
J1P1
J1P2
J2
J2P0
J2P1
J2P2
J3
J3P0
J3P1
J3P2

Dimana:
J1P0: Jarak tanam 60x40 cm dan tampa Penyiangan gulma
J1P1: Jarak tanam 60x40 cm dan Penyiagan gulma satu kali
J1P2: Jarak tanam 60x40 cm dan Penyiangan gulma dua kali
J2P0: Jarak tanam 60x60 cm dan tampa penyiangan gulma
J2P1: Jarak tanam 60x60 cm dan penyiangan gulma satu kali
J2P2: Jarak tanam 60x60 cm dan penyiangan gulma dua kali
J3P0: Jarak tanam 60x50 cm dan tampa penyiangan gulma
J3P1: jarak tanam 60x50 cm dan penyiangan gulma satu kali
J3P2: Jarak tanam 60x50 cm dan penyiangan gulma dua kali

3. 4 Pelaksanaan Penelitian.
3. 4. 1 Persiapan dan Pengolahan
Luas lahan yang dipakai untuk menanam tanaman kubis terdiri dari: panjang 32 m, lebar 10m,dan luas secara keseluruhan 320m2.
Persiapan lahan pengolahan bertujuan untuk menanam komodity kubis, dan pengolahan tanah dapat dilakukan berdasarkan struktur tanah, tekstur tanah, dan pada tanah ringan pengolahan tanah tidak sama dengan tanah keras. Jadi pengolahan tanah dilakukan sedalam 20-30 cm,agar dapat menciptakan kondisi lingkungan yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman serta menekan perutubuhan gulma.

3. 4. 2 Pembuatan Bedengan
Pembuatan bedengan yaitu dengan memotong arah kesuburan .Pembuatan bedengan dengan lebar bedeng 3 m, panjang 3 m, luas petak 9 m2 .

3. 4. 3 Pembibitan
Tanaman kubis dapat disemaikan ditempat persemaian selama 1-2 minggu sebelum ditanam dilapangan. Tempat prsemaian dipersiapkan sebelum melakukan pengolahan tanah. Bibit dipersemaikan didalam kantong plastik, dengan menggunakan media tanah, sebelum disemaikan benih kubis direndam dalam air dinging selama 0,5 jam kemudian dikeringkan dan selanjutnya media disiam terlebih dahulu agar pertumbuhan bibit cepat berkecambah dan sekaligus untuk membebaskan dari serangan penyakit yang terbawah oleh benih kubis tersebut. Selama persemaian benih , pemeliharaan intensif seperti penyiraman, pengendalian hama dan penyakit serta gulma, karena pertanaman yang baik dan sehat selama dipersemaian ini juga turut menentukan keberhasilan pertanaman di lapangan. Persemaian diarahkan dengan menghadap timur dan barat agar tanaman dipersemaian mendapat banyak sinar matahari pagi dan sore hari, sehingga tidak terjadi pemanjangan batang pada benih tanaman kubis atau biasa disebut instiolasi.

3. 4. 4 Penanaman
Bibit kubis yang dipelihara dipersemaian dipindakan kelapangan setelah umur 1-2 minggu serta memiliki 4-5 helai daun dan tanaman tersebut siap dipindahkan kelapangan. Penanaman bibit kubis dilapangan dilakukan pada sore hari atau pada saat cuaca berawan. Penanaman bibit kubis dilakukan sesuai dengan perlakuan jarak tanam dan penyiangan yang diberikan. Jarak tanam yang digunakn adalah J1: 60x40 cm, J2: 60x50 cm, J3: 60x60 cm.

3. 4. 5 Pemeliharaan
3. 4. 5. 1 Penyulaman
Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati, rusak atau tanaman tidak normal, misalnya tumbuh kerdil. Penyulaman prlu dilakukan sebab tidak semua bibit yang ditanam semuanya tumbuh baik. Penyulaman Pada kol dilakukan tidak boleh lebih dari 10 hari. Bila mana lebih makah pertumbuhan menjadi kurang seragam. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari, penyulaman dilakukan sesuai dengan perlakuan masing-masing.

3. 4. 5. 2 Penyiangan
Penyiangan dilakukan bila pertumbuhan gulma sudah kelihatan banyak dan melebihi tanaman pokok. Demikian juga tanah yang kelihatan padat, segerah digemburkan. Gulma atau tanaman pengganggu sering menjadi masalah bagi tanaman kubis. Penyiangan gulma dilakukan sesuai dengan perlakuan yang ada, agar dapat mengetahui terjadinya persaingan dalam penggunaan air, cahaya dan unsur hara bagi tanaman pokok.

3. 4. 5. 3 Penyiraman
Penyiraman termasuk salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan tanaman. Salah satu tujuan penyiraman adalah menggantikan air yang hilang akibat diserap oleh tanaman dan penguapan disiang hari, selain itu air juga berguna dalam proses pembungaan dan pembentukan buah. Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.

3. 4. 5. 4 Pemupukan
Pemupukan dilakukan sebelum penanaman dengan pupuk organik yaitu ditaburkan secara merata pada permukaan bedengan sebagai pupuk dasar dan pada fase pertumbuhan yaitu pada umur 3-4 mst.

3. 4. 5. 5 Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit merupakan tindakan perlindungan tanaman dari ancaman kerusakan yang ditimbulkannya. Pengendalian hama ini dilakukan apabila terjadi kerusakan pada tanaman yang dibudidayan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan bahan kimia seperti insektisida dan fungisida.

3. 4. 5. 6 Pemanenan
Kubis dapat dipanen pada umur 3-4 bulan dari saat semai atau 2-3 bulan setelah pindah tanam dari pesemaian ke kebun,tetapi tergantung pula pada varietasnya. Tanda-tanda kubis siap dipanen selain faktor umur,juga kropnya telah mencapai ukuran maksimum,padat atau kompak dan bila dijentik dengan jari-jari tangan berbunyi nyaring

3. 5 Variabel Pengamatan
3. 5. 1 Variabel Pengamatan Lingkungan
3. 5. 1. 1 Suhu Tanah (°C)
Pengukuran suhu tanah dilakukan tiga kali dalam penelitian yakni, pengukuran suhu tanah awal, pertengahan dan akhir. Dengan cara membenamkan termometer air raksa kedalam tanah pada kedalaman 10 cm, selama 5 menit, pada tiap tempat untuk masing-masing petak. Pengukuran akan dilakukan pada pagi hari, siang hari dan sore hari.

3. 5. 1. 2 Kadar Lengas Tanah (%)
Penimbangan kadar lengas tanah dilakukan bersamaan dengan suhu tanah awal pertengahan dan akhir penilitian. Kandungan lengas tanah diukur sehari sebelum tanam dengan mengunakan pipa PVC ¾ yang ditancapkan kedalam tanah sedalam 3 - 5 cm pada setiap petak, untuk mengambil contoh tanah. Metode yang akan digunakan dalam pengukuran ini adalah metode Gravimetri. Caranya contoh tanah yabg diambil tadi diukur berat basahnya setelah itu dijemur atau diovenkan kering lalu ditimbang berat keringnya dengan mengunakan timbangan analitik. Untuk mengetahui besarnya kandungan lengas tanah dengan mengunakan rumus sebagai berikut:
KL =
Dimana:
KL: Kandungan Lengas tanah(%)
BB: Berat Basah tanah (gr)
BK: Berat Kering tanah (gr)

3. 5. 2 Variabel pertumbuhan tanaman
3. 5. 2. 1 Tinggi Tanamn (cm)
Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan mistar yang diletakan diatas permukaan tanah yaitu pada pangkal tanaman hingga bagian tertinggi tanaman. Pengukuran dilakukan dua minggu setelah tanam (2 MST) yaitu pada pertumbuhan vegetatif maksimun, selanjutnya diukur setiap satu mingu hingga 4 mst.

3. 5. 2. 2 Jumblah Daun (Helai)
Menghitung jumlah daun, dapat dihitung dengan cara menghitung semua daun tanaman jagung pada masing-masing ulangan terhadap pengaruh perlakuan penyiraman yaitu setelah tanaman mencapai umur 2 mst yaitu pada pertumbyhan vegetatif maksimun. Selanjutnya dihitung setiap satu munggu hingga mencapai 4 mst.
3. 5. 2. 3 Diameter Batang (mm)
Pengukuran diameter batang dengan menggunakan jangka sorong, yaitu dengan meletakan 3 cm diatas permukaan tanah, pengukuran dapat dilakukan mulai dua minggu setelah tanam (2 mst) dan selanjutnya dilakukan setiap satu minggu hingga pertumbuhan vegetatif maksimun.

3. 5. 2. 4 Luas daun (cm2)
Luas daun diukur pada saat tanaman Kubis mencapai pertumbuhan vegetativ maksimun, dengan mengunakan metode gravimetri. Dengan menimbang langsung berat segar, caranya mengambil semua daun pada dua tanaman korban selanjutnya ditimbang beratnya kemudian mengambil 20 daun untuk membuat pola daun dan pola daun tersebut ditimbang beratnya, setelah itu dapat diukur luas pola daunnya. Unutk mengetahui luas daun dapat mengunakan rumus sebagai berikut:
LD =
Dimana:
LD = Luas Daun ( cm2 )
BTD = Berat Total Daun ( gr )
BPD = Berat Pola Daun ( gr )
UPD = Ukuran Pola Daun ( gr )
JD = Jumlah Daun ( helai )

3.5.3 Varibel Hasil
3.5.3.1 Berat Segar Berankasan Pertanaman (gr)
Penimbangan berat segar berangkasan pertanaman akan dilakukan setelah panen, dengan menimbang semua bagian tanaman. Penimbangan dilakukan dengan menimbang semua bagian tanaman perpetak sesuai dengan masing-masing perlakuan dalam setiap blok. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan duduk.

3.5.3.2 Berat Kering Berankasan (gr)
Berat kering berangkasan pertanaman dilakukan dengan menimbang semua bagian tanaman setelah dijemur atau dioven selama 24 jam pada suhu 800C, setelah itu ditimbang dengan menggunakan timbangan duduk 5 kg.

3. 6 Analisis Data
semua data yang di peroleh akan di analisis dengan mengunakan sidik ragam (Anova), bila terjadi beda nyata maka di lakukan uji lanjut BNT 5%.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Variabel Lingkungan
4. 1. 1 Suhu Tanah
Hasil analisia sidik ragam menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi antar kedua faktor terhadap suhu tanah awal, pertengahan dan akhir. Tetapi suhu tanah pertengahan dipengaruhi oleh jarak tanam dan frekuensi penyiangan gulma.
Tabel 4. 1. Suhu tanah awal, pertengahan dan

Waktu pengamatan
Jarak Tanam
Penyiangan Gul ma
Rerata
(WP)
(J)
P0
P1
P2
Rerata
Awal
J1 (60x40)
34,72
34,58
34,89
34,73 A
J2 (60x50)
34,87
34,87
34,64
34,79 A
J3 (60x60)
34,42
34,75
34,95
34,71 A
Rerata

34,67 a
34,73 a
34,83 a
(- )
Pertengahan
J1 (60x40)
34,62
35,40
36,01
35,34 A
J2 (60x50)
35,33
35,82
37,86
36,34 A
J3 (60x60)
34,98
35,48
35,00
35,15 A
Rerata

34,98 a
35,57 a
36,29 b
(- )
Akhir
J1 (60x40)
32,07
32,00
31,70
31,92 A
J2 (60x50)
31,70
32,87
32,83
32,47 A
J3 (60x60)
31,00
32,20
29,67
31,29 A
Rerata

31,59 a
32,69 a
31,40 a
( -)

Keterangan: Angka pada kolom yang diikuti dengan huruf besar yang sama dan angka pada baris yang diikuti huruf kecil yang sama, tidak terjadi beda nyata pada uji BNT 5%.
( -) Tidak terjadi interaksi antara faktor.


Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa faktor jarak tanam dan frekuensi penyiangan gulma berpengaruh secara seragam terhadap suhu tanah awal pertengahan dan akhir.
Hasil sidik ragam menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi antara faktor jarak tanam dan frekuensi penyiangan gulma terhadap perluasan lahan. Namua kedua faktor berpengaruh secara terpisah terhadap suhu tanah awal, pertengahan dan akhir.
Hal ini terjadi karena pada awal dan akhir belum dan sudah tidak ada vegetasi yang menutupi permukaan tanah. Dengan demikian permukaan tanah menerima cahaya secara seragam, sehingga memberikan suhu tanah pada awal penelitian secara seragam antara perlakuan, baik perlakuan jarak tanam maupun perlakuan penyiangan gulma. Hal ini didukung oleh Jumin ( 1992 ), menyatakan bahwa suhu udara yang tinggi akibat faktor cahaya akan mengakibatkan terjadinya laju Evaporasi, sehinga air tanah semakin menurun. Selanjutnya dipertegas oleh Nugari et.al. ( 1992 ), menyatakan bahwa suhu tanah mengalami perubahan yang diabsorbsi oleh permukaan tanah, keadaan tanah, warna tanah, keadaan cuaca yang terbuka akan menyerap panas matahari yang banyak sehingga suhu tanah dalam keadaan Optimun.
Dari tabel 4.1. Dapat diketahui bahwa faktor jarak tanam berpengaruh terhadap suhu tanah pertengahan. Perlakuan jarak tanam 60x40 dan tampa penyiangan gulma dapat menghambat peningkatan suhu tanah yang lebih rendah dari perlakuan jarak tanam 60x50 cm dan 60x60 cm. Sedangkan perlakuan jarak tanam 60 x 50 cm dan 60 x 60 cm memberikan respon yang meningkat secara seragam terhadap suhu tanah pertengahan. Hal ini terjadi karena pada perlakuan jarak tanam 60 x 40 cm dan tampa penyingan gulma, menimbulkan ruang gerak yang sempit karena organ-organ tanaman seperti jumlah daun, luas daun dan jumlah cabang yang lebih banyak dan luas daun antara tanaman pokok dan gulma sehingga dapat menghambat suhu tanah, karena cahaya yang dipantulkan oleh matahari ternaungi oleh organ-organ tanaman pokok dan gulma, sehingga hanya sedikit cahaya yang menembus kepermukaan tanah. Dengan demikian tingkat absorsi cahaya matahari oleh tanaman pada perlakuan jarak tanam 60 x 40 cm berbeda dengan perlakuan 60 x 50 cm dan 60 x 60 cm. Sejalan dengan itu Nungsri (1992), menyatakan bahwa vegetasi tanaman sebagai penutup permukaan tanah akan mempengaruhi permukaan tanah.

Setelah tanaman kubis dipindahkan ke lahan sesuai dengan perlakuan jarak tanam dan frekuensi penyangan gulma, dapat menghambat peningkatan suhu tanah yang nyata lebih rendah pada perlakuan jarak tanam 60x40 dan tampa penyingan gulma. Hal ini disebabkan karena terjadi persaingan atau kompetisi antara tanaman pokok dan jenis gulma tertentu dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari dan ruang hidup. Sedangkan suhu pertengahan tertinggi dicapai pada perlakuan jarak tanam J2 dan J3 setelah dipindahkan ke lahan.

4. 1. 2 Kandungan Lengass Tanah
Pengamatan terhadap kandungan lengas tanah tidak dapat dilakukan, pada kandungan lengas tanah awal, pertengahan dan akhir,’’ berhubungan karena alat timbangan analitik sedang rusak sampai saat ini.

4. 2 Variabel pertumbuhan
4. 2. 1 Tinggi Tanaman
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi antara kedua faktor terhadap tinggi tanaman pada umur 2 MST, 4 MST dan 6 MST. Tetapi masing-masing faktor berpengaruh secara terpisah terhadap tinggi tanaman pada semua level perlakuan.

Waktu Pengamatan
Jarak Tanam
Penyingan Gulma
Rerata
(WP)
(J)
P0
P1
P2
2 MST
J1
8,67
9,10
9,90
9,23 A
J2
9,53
9,20
10,0
9,57 A
J3
8,43
9,10
9,20
8,91 A

Rerata
8,87
9,13 a
9,70 a
( -)
4 MST
J1
12,40
12,90
14,00
13,11 A
J2
12,90
13,67
12,97
13,18 A
J3
12,23
12,03
12,47
12,24 A

Rerata
123,52
12,87 a
13,15 a
(- )
6 MST
J1
17,13
21,80
21,63
20,19 A
J2
21,53
21,43
12,20
21,39 A
J3
18,90
19,23
21,67
19,93 A

Rerata
19,19 a
20,82 a
21,50 a
(- )

Keterangan: Angka pada kolom yang diikuti dengan huruf besar yang sama dan angka pada baris yang diikuti huruf kecil yang sama, tidak terjadi beda nyata pada uji BNT 5%.
( -) Tidak terjadi interaksi antara faktor.

Dari Tabel 4. 3 Menunjukan bahwa faktor jarak tanam memberikan pengaruh yang berbeda nyata tehadap tinggi tanaman 2 MST, 4 MSTdan 6 MST. Pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi dicapai pada perlakuan jarak tanam 60 x 40 cm dan 60 x 50 cm, dan pertumbuhan tinggi tanaman terendah dicapai pada perlakuan jarak tanama 60 x 60 cm. Hal ini terjadi karena kemampuan kesuburan tanah untuk menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangan tinggi tanaman, ketersedian unsur hara tersebut dipengaruhi oleh sifat fisik, kimia dan biologis tanah. Tinggi tanaman dapat tumbuh secara maksimal bila tanaman tumbuh dalam keadaan subur, dan faktor-faktor diluar kesuburan sekitar tanaman tersebut menunjan pertumbuhan secara obtimal. Pertumbuhan tinggi tanaman obtimun dicapai pada 2 MST dan 4 MST, yaitu dengan jarak tanam 60 x 40 cm serta 60 x 50 cm. Hal ini berhubungan erat dengan penankapan dan peningkatan energi surya sebagai imput energi dan ketersediaan hara dan air dalam tanah.
Pertumbuhan tingi tanaman pada 6 MST, pertumbuha obtimal dicapai pada perlakuan jarak tanam 60 x 40 dan 60 x 60 cm, sedangkan pertumbuhan obtimum dicapai pada perlakuan jarak tanam 60 x50 cm. Terjadinya perbedaan yang nyata pada tinggi tanaman dengan level perlakuan yang berbeda pada setiap MST, juga dipengaruhi oleh akar tanaman dalam menyerap unsur hara, air dan oksigen dalam tanah dan bagian atas tanaman yaitu daun dalam menerima cahaya matahari untuk melakukan proses fotosintesis, dengan demian hasil fotosintat yang diperoleh digunakan sepenuhnya untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga meberikan hasil tinggi tanaman yang lebih baik. Koesriharti (1998), menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman ditentukan oleh respon tanaman terhadap berbagai faktor lingkungan. Respon tanamn sangat berbeda terhadap berbagai faktor lingkungan. Respon mencerminkan perbedaan daya absorsi dan mekanisme biologia ditempat tumbuh tanaman, dengan kondisi tanaman yang baik makah sumber energi utama untuk proses fotosintesis dapat dimanfaatkan secara obtimal oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan pada fase vegetatif.

4. 2. 2 Jumlah Daun
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi antara kedua faktor terhadap tinggi tanaman pada umur 2 MST, 4 MST dan 6 MST. Tetapi masing-masing faktor berpengaruh secara terpisah terhadap jumlah daun pada semua level perlakuan.

Tabel 4. 4 Jumlah daun 2MST, 4 MST dan 6 MST
Waktu Pengamatan
Jarak Tanam
Penyingan Gulma
Rerata
(WP)
(J)
P0
P1
P2
2 MST
J1
6,10
6,20
6,10
6,13 A
J2
5,90
6,20
6,40
6,17 A
J3
6,00
5,90
6,20
6,03 A

Rerata
6,00
6,10 a
6,23 a
( -)
4 MST
J1
5,90
6,20
6,74
6,28
J2
9,10
9,23
10,33
9,55
J3
9,37
9,67
9,53
9,52

Rerata
8,12 a
8,37 a
8,87 a
( - )
6 MST
J1
13,67
14,77
14,90
14,45 A
J2
14,67
14,90
14,77
14,78 A
J3
13,57
13,87
14,33
13,92 A

Rerata
13,92 a
14,51 a
14,67 a
( - )

Keterangan: Angka pada kolom yang diikuti dengan huruf besar yang sama dan angka pada baris yang diikuti huruf kecil yang sama, tidak terjadi beda nyata pada uji BNT 5%.
( -) Tidak terjadi interaksi antara faktor.

Pada tabel 4. 4 dapat dilihat bahwa faktor jarak tanam dan frekuensi penyiangan gulma sangat berpengaruh terhadap jumlah daun 2 MST, 4 MST dan 6 MST. Perlakuan jarak tanam 60 x 50 dan penyiangan satu sampai dua kali nyata memberikan jumlah daun tertinggi, dan hasil jumlah daun terendah diperoleh pada perlakuan jarak tanam 60 x 40 dan 60x 60 serta tampa penyingan. Hal ini terjadi karena persaingan dan gangguan gulma pada awal pertumbuhan akan mengurangi kuantitas hasil jumlah daun, sedangkan persaingan dan gangguan gulma menjelan panen berpengaruh besar terhaap kualita hasil. Perbedaan perlakuan jarak tanam dan frekuensi penyingan gulma menimbulkan persaingan terhadap ketersediaan unsur hara juga akan menentukan besarnya persainagan gulma dengan tanaman. Serta kemampuan organ-organ tanaman, seperti akar untuk menyerap unsur hara, air dan oksigen dalam tanah untuk melakukan proses fotosintesis, dengan demikian proses fotosintesis dan tranpirasi berlangsung dengan cepat, sehingga menyebabkan penyerapan unsur hara, air dan cahaya matahari secara merata keberbagai organ tanaman, dengan demikian memacuh petumbuhan dan perkembagan jumlah daun. Dalam memulai aktifitas pertumbuhan, hal pertama yang didahului adalah proses fisiologi ormon dan enzim kemudian diikuti dengan aktifitas morfologis yang ditandai dengan pemunculan organ-organ tanaman seperti akar; batang dan daun.
Faktor jarak tanam dan frekuensi penyingan gulma berpengaruh secara nyata terhadap jumlah daun 2 MST, 4 MST dan 6 MST. Perlakuan frekuensi penyiangan gulma memberikan jumlah daun yang berbeda terhadap level perlakuan yang berbeda. Hal ini terjadi karena perlakuan penyiangan gulma yang baik dan sesuai akan memacuh pertumbuhan dan perkembangan bagian-bagian vegetatif tanaman (akar, batang dan daun) lebih baik dengan demikian proses fotosintesis dan tranpirasi berlangsung dengan cepat, sehingga mengakibatkan pengadopsian unsur hara, air dan oksigen dengan baik keseluruh organ tanaman secara merata.

4. 2. 3 Diameter Batang

Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi antara kedua faktor terhadap tinggi tanaman pada umur 2 MST, 4 MST dan 6 MST. Tetapi masing-masing faktor berpengaruh secara terpisah terhadap diameter batang pada semua level perlakuan.
Tabel 4. 4 Diameter batang 2MST, 4 MST dan 6 MST (mm)
Waktu Pengamatan
Jarak Tanam
Penyingan Gulma
Rerata
(WP)
(J)
P0
P1
P2
2 MST
J1
0,29
0,32
0,31
0,31 A
J2
0,32
0,32
0,35
0,33 A
J3
0,32
0,32
0,33
0,32 A

Rerata
0,31 a
0,32 a
0,33 a
(-)
4 MST
J1
0,65
0,66
0,64
0,65 A
J2
0,64
0,66
0,66
0,64 A
J3
0,56
0,63
0,67
0,62 A

Rerata
0,62 a
0,65 a
0,66 a
(-)
6 MST
J1
1,27
1,23
1,31
1,27 A
J2
1,44
1,31
4,81
2,52 A
J3
1,26
4,79
1,28
2,44 A

Rerata
1,32 a
2,44 a
2,47 a
(-)

Keterangan: Angka pada kolom yang diikuti dengan huruf besar yang sama dan angka pada baris yang diikuti huruf kecil yang sama, tidak terjadi beda nyata pada uji BNT 5%.
( -) Tidak terjadi interaksi antara faktor.

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa faktor jarak tanam dan frekuensi penyiangan gulma memberikan pengaruh yang sangat berbeda antar perlakuan terhadap diameter batang pada umur 2 MSST, 4 MST dan 6 MST.
Perkembangan diameter batang terbesar dicapai pada perlakuan jarak tanam 60 x 40 cm dan 60 x 50 cm. Sedangkan faktor perlakuan tampa penyiangan (P0), dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan diameter batang yang lebih kecil dari perlakuan P1 dan P2. Hal ini disebabkan karena kemampuan organ-organ tanaman seperti akar, untuk menyerap dan menembus kedalam tanah guna menyerap unsur-unsur hara, air dan oksigen dalam tanah. Kemampuan organ batang untuk mensuplai unsur hara dan air kebagian daun serta melakukan proses fotosintesis dan respirasi sehingga fotosintat yang dihasilkan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan batang.
Penyerapan unsur hara oleh tanaman ditentukan olehkarateristik tanah dalam menyediakan unsur hara, dan kemampuan tanaman dalam menyerap hara dalam larutan tanah.
Faktor frekuensi penyiangan gulma berpengaruh secara nyata terhadap diameter batang pada 2 MST, 4 MST dan 6 MST. Pertumbuhan dan perkembangan diameter batang lebih besar dicapai pada perlakuan satu sampai dua kali penyiangan (P1-P2), hal ini disebabkan karena sistem perakaran tanaman tidak terganggu sehingga perakaran tanaman dengan mudah menyerap dan menebus kedalam tanah untuk memperoleh unsur hara, air dan oksigen dalam tanah, dengan demikian tanaman cepat tumbuh dan berkembang dengan baik bila dibandingkan denga perlakuan tampa penyiangan (P0). Sedangkan perkembangan diameter batang terendah dicapai pada perlakuan tampa penyiangan, hal ini berhubungan dengan kemampuan tanaman bersaing dengan gulma dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan diameter batang.

4. 3 Variabel Hasil
4. 3. 1 Berat Segar Berangkasan Perpetak (Ton/ha)

Jarak Tanam
Penyiangan Gulma
Rerata
P0
P1
P2
J1
0,57
1,74
2,69
1,67 A
J2
0,33
2,25
3,98
2,19 A
J3
0,40
1,85
2,78
1,68 A
Rerata
0,43 a
1,95 a
3,15 b
(-)

Keterangan:
Angka pada kolom yang diikuti dengan huruf besar yang sama dan angka pada baris yang diikuti huruf kecil yang sama, tidak terjadi beda nyata pada uji BNT 5%.
( -) Tidak terjadi interaksi antara faktor.

Hasil sidik ragam menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi antara faktor jarak tanam dan frekuensi penyiangan gulma. Kedua faktor berpengaruh secara terpisah terhadap hasil kubis perluasan.
Pada faktor jarak tanam, hasil berat segar nyata tertinggi dicapsi pada jarak tanam 60x50 cm dan hasil terendah dicapai paada jarak tanam 60x40 cm, tida nyata berbeda dengan hasil pada jarak tanam 60x60 cm.
Nampak bahwapeningkatan jarak dari 60x60 cm dan penurunan jarak tanam dari 60x40 cm, dapat menurunkan produksi. Hal tersebut sependapat dengan Sukman, Y., (2002), mengatakan bahwa menurunnya hasil produksi karena penurunan jarak tanam yang rapat dari 60x40 cm, sehingga menyebabkan adanya persaingan tanaman terhadap cahaya dan unsur hara.
Peningkatan jarak tanam dari 60x60 cm, dapat menurunkanhasil karena terjadi keefektifan lahan.

Pada jarak tanam 60x50 cm, tanaman bebas menerima cahaya, unsur hara, air dan bahan ruang tumbuh (tampa kompotisi) sehingga dapat mendukung proses-proses fisiologi berjalan dengan lancar, terutama pembentukanfotosintat.
Hal ini yang dapat menyebabkan tingginya hasil pada jarak tanam 60x60 cm.
Pada faktor frekuensi penyiangan gulma, hasil berat segar nyata tertinggi dicapsi pada perlakuan 2X penyiangan gulma dan hasil terendah dicapai paada perlakuan tampa penyiangan (P0), nyata berbeda dengan hasil pada perlakuan 1X penyianga (P1).
Nampak bahwa dengan penambahan frekuensi penyiangan gulma dan penurunan frekuensi penyiangan gulma dapat menurunkan produksi. Hal tersebut sependapat dengan Sukman, Y., (2002), mengatakan bahwa menurunnya hasil produksi karena terjadinya persaingan gulma maupun tanaman, mempunyai keperluan dasar yang sama untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal yaitu unsur hara,air, cahaya dan bahan ruan tumbuh. sehingga menyebabkan menurunnya produksi ton/ha.
Peningkatan frekuensi penyingan gulma dari 2X penyingan, dapat meninkatkan hasil karena terjadi keefektifan lahan.
Dengan peningkatan frekuensi 2X penyingan, tanaman bebas menerima cahaya, unsur hara, air dan bahan ruang tumbuh (tampa kompotisi) sehingga dapat mendukung proses-proses fisiologi berjalan dengan lancar, terutama pembentukanfotosintat.
Hal ini yang dapat menyebabkan tingginya hasil pada 2X Penyingan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan
1. Kedua Faktor baik faktor Jarak tanam maupun frekuensi penyingan gulma memberikan pengaruh yang terpisah terhadap hasil tanaman kubis (Ton/ha).
2. Hasil yang diperole tanamn kubis pada semua lebel jarak tanam tidak berbeda nyata atau tidak terjadi perbedaan yang nyata pada hasil j1, J2 dan J3.
3. Terjadi perbedaan yang nyata antara produksi kubis pada level penyingan gulma yang berbeda. Yaitu hasil pada P0 dan P1 tidak nyata berbeda, tetapi nyata berbeda dengan P2.
4. Pada frekuensi penyingan gulma hasil tertinggi di capai pada perlakuan penyingan 2X (P2), sedangkan hasil terendah dicapai pada perlakuan penyingan P0.
5. 2 Saran
1. Disarankan pada para petani agar dalam membudidayakan tanaman kubis dapat memberikan jarak tanam dan memperhatikan frekuensi penyingan gulma yang tepat agar bisa meningkatkan hasil produksi yang tinggi.
2. Disarankan pada petani agar dapat menggunakan jarak tanam yang 60X50 cm, dalam membudidayakan tanamn kubis.

1 comment:

Amalia Fitri said...

Ayo Pasang Taruhanmu Sekarang di ItuBolaAgen Judi Bola & Casino Online Terpercaya dan Terbaik

di Indonesia.
Minimal Deposit Rp. 25.000,- Dan untuk minimal Withdraw Rp. 50.000,-
Proses Deposit & Withdraw Yang Tercepat.

=> Bonus Cashback 5% (dibagikan setiap Hari Senin)
=> Customer Service 24 Jam Nonsto
=> Support Deposit Via Aplikasi OVO,PULSA,GOPAY

Link Alternatif
ituBola Online

Agen Taruhan Judi Teraman, Situs Taruhan Judi Teraman, Agen Judi Bola, Agen Judi Bola Online,

Agen, Bola Online, Agen Sportsbook